Jika ada ungkapan “Bali diciptakan Tuhan ketika sedang tersenyum”, hal serupa juga berlaku untuk Pulau Samosir. Pulau ini sungguh menawarkan dimensi pemandangan fenomenal bagi kedua bola mata manusia.
Pulau samosir terletak di tengah-tengah Danau Toba dan memiliki sisi historikal menakjubkan. Siapa yang tidak kenal dengan Danau Toba, yang merupakan danau terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara dan sangat terkenal dengan Legendanya. Danau Toba merupakan danau vulkanik yaitu terbentuk dari letusan gunung merapi.
Pesona Samosir sebagai daerah tujuan wisata tak diragukan lagi, khususnya bagi wisatawan asing yang umumnya sedang berbulan madu. Samosir memiliki daerah-daerah potensi wisata yang berbasis pemandangan alam, wisata spiritual, wisata budaya, dan perairan Danau Toba. Obyek Wisata ini tersebar di berbagai wilayah Kecamatan.
Daerah Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo adalah pusat konsentrasi turis di Pulau Samosir. Untuk menjangkau lokasi ini, akses wisatawan bisa via dermaga Ajibata (Parapat) ke dermaga Tomok (Samosir). Dermaga tersebut adalah melayani ferry pengangkut kendaraan. Sementara dermaga kapal penumpang non-kendaraan bisa melalui dermaga Tiga Raja dan diantar ke dermaga di hotel tempat menginap. Yup, hampir semua resor atau hotel di Tuktuk memiliki dermaga untuk bersandar kapal penumpang.
Wisata Arsitektur & Suara Emas
Bola mata ini seakan dimanjakan dengan indahnya arsitektur Tuhan yang menakjubkan. Pegunungan dan perairan danau yang indah sungguh perpaduan fenomenal dan mengingatkan manusia akan kebesaran-Nya. Sementara itu, racikan cuaca yang sempurna menyapa kulit menjadikan Samosir sebagai magnet tersendiri bagi wisatawan.
Sementara itu, arsitektur bangunan khas Batak juga menampilkan dimensi tersendiri. Mulai dari rumah tinggal, rumah ibadah, hingga makam sekali pun. Bagi orang Batak, rumah memang lebih dari sekadar tempat tinggal, tapi juga bangunan yang dirancang penuh filosofi. Rumah tak sekadar tempat berteduh, melainkan cerminan dari konteks sosial budaya dan status sosial di masyarakat. Begitu pula dengan makam sebagai tempat peristirahatan terakhir. Banyak dari makam yang arsitektur bangunannya lebih mewah dari rumah tinggal.
Salah satu makam tua yang berada di Tomok, Kecamatan Simanindo adalah makam Raja Ompu Tolu Sidabutar yang diyakini telah berusia lebih dari 350 tahun. Menurut cerita penduduk lokal, sang raja telah mempersiapkan makamnya pada waktu masih hidup. Kala itu, ia memanggil tukang pahat yang ada di pulau Samosir. Pembuatan makam dimulai dengan upacara khusus. Setelah itu makam pun dibuat dengan petunjuk Raja Sidabutar. Pada kompleks makam tersebut dibuat makam Raja dan permaisurinya, Boru Damanik.
Potret budaya Batak masa lalu bisa dinikmati dari Museum Batak yang tersebar di beberapa lokasi di Samosir. Salah satunya di daerah Tomok yang bentuk bangunannya merupakan rumah adat dengan arsitektur khas orisinil gaya Batak. Jika memasuki rumah, kita harus membungkuk yang melambangkan sikap hormat kita sebagai tamu kepada sang tuan rumah. Di dalamnya dipamerkan aneka peralatan rumah tangga dan pernak-pernik kuno peninggalan nenek moyang yang usianya mencapai ratusan tahun.
Hal yang paling unik di Tanah Batak adalah suara emas masyarakat lokal. Bisa dikatakan “everyone was born to sing!”. Pernyataan ini memang seolah berlebihan, namun inilah yang dirasakan ketika Anda memasuki sebuah pub atau kafe setempat. Sebut saja Roy Pub yang berada di kawasan Tuktuk Siadong.
Band lokal di pub ini memiliki skill musik mengagumkan. Tak hanya itu, mulai dari pelayan kafe, kasir, pengunjung, hingga tamu kafe yang mabuk sekali pun, mereka tak segan-segan menaiki panggung memenuhi undangan bernyanyi dari sang musisi. Kualitas suaranya? Mengagum
kan! Everyone can sing very well! Hal ini pula yang membuat Tanah Batak dikenal sebagai pencetak penyanyi tenar.
Dahsyatnya Berburu Kuliner
Berburu kuliner di Samosir juga menghadirkan petualangan rasa yang sensasional. Salah satu menu wajib yang harus diburu adalah Naniura yang dikenal d
engan julukan “Sashimi ala Batak”. Memang, menu ini tidak se-populer ikan arsik yang mudah dijumpai di restoran. Umumnya, Naniura disajikan pada acara Bona Taon para marga-marga Batak.
Naniura adalah menu makanan ikan mentah berpadu bumbu-bumbu otentik khas tanah Batak. Dulu, masakan Naniura hanya disajikan kepada raja-raja Batak. Di Tuktuk, menu ini bisa didapatkan di Resto Sekapur Sirih dan bisa dinikmati kalangan umum. Namun, wisatawan harus memesannya lebih dulu. Pasalnya, pembuatan menu ini memakan waktu sekitar tiga jam.
Selain itu, ada juga Ikan Pora-pora yang dikenal sebagai identitas orisinil Danau Toba. Ikan ini merupakan komoditi yang menjanjikan khususnya bagi masyarakat yang hidup di sekitar Danau Toba. Selain menu ikan siap saji, hasil olahan Ikan Pora-pora bisa berbentuk bakso dan kerupuk.
Festival Sejuta Budaya
Masyarakat Toba juga memiliki ajang pesta masyarakat yang lekat dengan identitas budaya mereka yang dikenal dengan Festival Danau Toba (FDT). Ajang yang sudah berlangsung sejak era 1980-an yang dulu dikenal dengan Pesta Danau Toba ini merupakan magnet pesta budaya bagi kaum wisatawan. FDT tahun ini berlangsung sejak tanggal 8-14 September di Samosir, Sumatera Utara.
Ajang ini sedikitnya diikuti oleh 12 tim nasional dan 8 tim internasional yang menjunjung semangat kebersamaan dan sportifitas. Selain karnaval budaya, FDT juga menggelar World Drum Festival yang diramaikan oleh line up berskala nasional dan internasional. (ISJ)
MALE 48 – http://male.detik.com