Oleh: Gita Suwondo
Premier League berputar kembali. Hitung mundur liga termahal di dunia ini tetap dengan tajuk siapa yang akan digdaya menggantikan Chelsea untuk menjadi juara di musim padat menjelang Piala Dunia. Ya, musim padat yang membuat Premier League akan berakhir lebih cepat di awal bulan Mei untuk persiapan event sepakbola terbesar, World Cup di Rusia musim panas tahun depan.
Apa efeknya untuk Premier League sendiri ? Tentunya liga ini akanmenjadi lebih kompetitif dengan para pemain bersaing bukan saja untuk memberikan yang terbaik bagi klub, tapi juga agar diri mereka dilirik oleh para pelatih tim tim finalis piala dunia. Contoh Jamie Vardy yang masuk squad The Three Lions untuk Euro 2016 karena kualitasnya dimusim 2015/16 membawa Leicester City merajai Premier League adalah salah satu contoh. Atau kiprah Harry Kane dalam tiga musim terakhir bagi Tottenham Hotspur yang membuatnya jadi pilihan utama posisi nomer 9 di timnas.
Bicara Harry Kane, kita pasti akan menerawang balik ke dua musim terakhir Premier League. Melihat bagaimana dua musim so near but yet so far bagi Tottenham Hotspur yang tak pelak adalah tim terbaik musim kompetisi 2016/17 dan 2017/18. Pasukan Mauricio Pochettino ini bisa dibilang sial dengan kejutan Leicester City dua musim lalu. Juga ketidakmampuan mereka mengikuti rekor kemenangan berturut turut pasukannya Antonio Conte musim lalu sehingga mereka harus menyerah dari Chelsea untuk gelar Premier League. Padahal tak pelak, bicara keseimbangan tim, kemampuan menyerang dan bertahan dengan sama baiknya, The Lillywhites seharusnya adalah pemenang.
Tapi kompetisi adalah bagaimana sebuah tim bermain konsisten sepanjang musim. Disatu sisi ini, dalam dua musim terakhir, Spurs tidak memilikinya diawal musim, baik sebagai tim maupun Harry Kane sebagai ujung tombak yang selalu baru bangkit di bulan September. Jadilah 56 tahun tanpa gelar Premier League tetap menghantui pasukan The WhiteHart Lane yang musim ini pindah kandang ke Wembley. Lalu apakah akan jadi third time lucky bagi pasukannya Mauricio Pochettino ?
Kutukan Wembley
Wembley jelas bukan tempat yang ramah bagi The White of North London ini. Kalah dari AS Monaco dan Bayer Leverkusen, sehingga kemenangan melawan CSKA Moscow hanya membuat mereka mengantongi tiket ke fase knock out Liga Eropa, dimana mereka hanya bisa menahan imbang Gent dan tersingkir setelah kalah tandang. Artinya empat kali menjamu lawan di Wembley, Hugo Lloris dan kawan-kawan hanya mampu menang satu kali.
Kesulitan lain untuk mematahkan mitos 56 tahun tanpa gelar, kutukan Wembley dan juga menuntaskan third time lucky mereka di Premier League adalah tidak aktifnya mereka di busa transfer musim panas hingga sejauh ini. Disaat Manchester United sudah mendatangkan Romelu Lukaku untuk mengatasi masalah minim gol mereka musim lalu, Arsenal yang secara tidak biasa membuang perkiraan 46,5 juta poundsterling untuk mendatangkan Alexandre Lacazette dari Lyon untuk setidaknya memberikan harapan bagi pendukungnya, Manchester City bergegas dengan mendatangkan Bernardo Silva, Ederson, Kyle Walker,Danilo dan Benjamin Mendy dengan total menggelontorkan 198,7 juta poundsterling dan masih ada kemungkinan Alexis Sanchez menyusul, Liverpool dengan 36,9 juta poundsterlingnya untuk mendatangkan Mohammed Salah dari AS Roma, Daniel Levy yang biasanya jor-joran justru terlihat adem ayem bagi Tottenham Hotspur.
Entah Mauricio Pochettino percaya dengan kualitas dan kebersamaan pasukannya dalam dua musim terakhir yang membuatnya tidak mencari pemain baru bahkan pengganti yang memadai bagi Kyle Walker sekalipun. “Kita masih memliki Kieran Trippier di posisi bek kanan yang musim lalu sama baiknya dengan Walker saat menjadi pelapis. “ kilah manajer asal Argentina ini dalam salah satu wawancara persiapan awal musim. Juga kehilangan centre back Federico Fazio ke AS Roma dan gelandang Clinton Njie ke Marseille yang tidak dicari penggantinya hingga saat ini.
Tengok squad yang sudah dirilis oleh Tottenham Hotspur untuk Premier League 2017/18. Sangat ramping jika dibandingkan dengan klub klub lain. Hanya 21 pemain yang terdiri dari dua penjaga gawang, tiga fullback, empat centre back, dua gelandang bertahan, tiga gelandang tengah, dua gelandang serang, tiga pemain sayap dan dua striker murni. Keseluruhan squad yang sudah bermain bagi Mauricio Pochettino setidaknya selama satu musim terakhir. Memang masih ada kemungkinan transfer kejutan hingga batas akhir bursa transfer musim panas, tapi menilik rampingnya pasukan The Lillywhite ini, saya juga tidak yakin jika akan ada kejutan Third time lucky, kali ketiga yang beruntung baki Tottenham hotsour musim ini.
Kecuali kedekatan latin antara Pochettino dan Alexis Sanchez yang bisa membuat striker asal Cile ini hengkang dari Arsenal dan tidak ke Etihad tapi ke Wembley. Kejutan transfer yang sulit terjadi, kecuali Daniel Levy membuat kejutan seperti saat dia mampu bernego untuk menjual Gareth Bale ke Real Madrid. Kejutan yang minim terjadi mengingat prioritas finansial utama Spurs saat ini adalah menyelesaikan The New White Hart Lane secepatnya untuk membuat mereka tidak tergantung pada Wembley yang sampai saat ini masih jadi kutukan bagi mereka.
Harry Kane adalah patokannya. Striker timnas Inggris ini mencetak 21 gol, 28 gol dan 29 gol dalam tiga musim terakhir. Tapi semuanya dimulai di bulan September. Paceklik di bulan Agustus inilah yang harus diatasi oleh Kane jika ingin membuat third time lucky bagi klubnya, sekaligus gelar perdana Premier League mereka. G A Z
Saksikan keseruan Premier League di beIN Sports melalui layanan TV Kabel Interaktif MNC Play.